Jumat, 02 Desember 2011

Drama CINDILARA

Diposting oleh castrena sii cicicuit ^_^ di 12/02/2011 05:10:00 AM
 CINDILARA
Pada jaman dahulu kala, berdirilah kerajaan yang megah, damai, dan sejahtera bernama Kerajaan Surya yang dipimpin oleh seorang pangeran yang bernama Taro. Di kerajaan tersebut terdapat sebuah desa,  di sana  hidup seorang putri yang baik, lemah lembut dan cantik, ialah Cindi. Ia tinggal bersama ayahnya, ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Rasa tentram, bahagia selalu Cindi rasakan ketika ayahnya tercinta ada disampingnya. Namun tiba-tiba semua itu sirna saat terdengar kabar bahwa ayahnya telah tiada. 
Adegan I
Cindi                : ” Ayah… Kenapa meniggalkan aku secepat ini?” (Menangis tersedu-sedu)
Ibu dan kedua saudara tiri     : ” Oh ayah…, kenapa kau bisa secepat ini  pergi meninggalkan kami” (Sambil berpura-pura menangis dan berbisik-bisik)
Cindi                : (Menciumi jenazah ayahnya)
Saat itu juga ayah Cindi dimakamkan. Sepeninggal ayahnya, kehidupan Cindi berubah.
 Ibu                  : “Cindi, Cindi, Cindi”
Cindi                : “Iya ibu”
Ibu                   : “Telinga kamu dimana?”
Cindi                : “ Di sini bu” (memegang kedua telinganya)
Tia                   : ” Punyaku”(berteriak)
Ara                    : ” Bukan itu punyaku, kan itu ada dikamarku ” ( berteriak dan menarik minuman hingga jatuh)
Ibu                   : ” Kalian….”
Tia                   : ” Apa sih bu? Semau ini salah Ara!”  ( memotong ucapan ibu)
Ara                  : “ Bukan ini salah Tia” ( berteriak)
Ibu                   : “ Sudah, sudah. Kalian keluar! Cindi bersihkan ini sekarang!”
Cindi                  : “ Baik, bu” ( kaget karena dibentak dan segera berlari mengambil kain pel dan segara membersihkan lantai itu dengan penuh kerelaan )
Tia                   : ( Tiba-tiba datang dan sengaja mengganggu Cindi  bekerja )
 “ Ups masih basah ya. Maaf ya. Aku memang sengaja gangguin kamu ! Loh jatuh!  Ngapain   ? Nggak suka ? Urusan kamu ya! Cepat bersihin!”

            Belum puas melihat Cindi menderita, Ara pun menambah penderitaan Cindi.
Ara                    : ( sengaja menabrak Cindi di lain sisi ruangan ) “ Aduh! Ya ampun Cindi, mangkanya kalau naruh ember itu jangan sembarangan! Jadi kena orang dan basah semua lagi”
Cindi                : “ Maaf kak” ( sedih )
Hari demi hari telah Cindi lalui bersama Ibu dan kedua Saudara tirinya, namun tak ada sedikitpun kebahagiaan yang Cindi rasakan, Ia hanya merasakan kesedihan dan penderitaan. Cindi pun hanya bisa menerima semua itu dengan pasrah dan melampiaskan kesedihannya dengan bernyanyi. Tiba-tiba Cindi dikagetkan oleh…
Ibu                   : ” Cindi, Cindi!”
Cindi                : ” Apa bu?...” ( terkejut)
Ibu                     : “ Cepat belanja. Ini uang dan daftar belanjaannya” ( menyodorkan uang dan daftar belanjaan yang panjang )
Cindi                : ( melihat daftar belanjaan ) “ Tapi bu uang segini ya mana cukup”
Ibu                   : ” Jangan banyak protes. Pokoknya semua bahan itu harus ada! “
Cindi                 : ” Baiklah bu ” ( berbalik badan dan memikirkan cara untuk membeli semua barang tersebut)
Satu persatu bahan telah Cindi dapatkan. Namun, ada satu bahan yang belum ia dapatkan dan uangnya pun tinggal sedikit.
Cindi                  : ” Uang segini cukup enggak ya buat beli ayam?” (berjalan menuju pedagang       ayam)
Pedagang        : “  Yang mana mbak?”
Cindi                : ” Kalau uang segini dapat yang mana bu?”
Pedagang         : ” Kalau uang segitu dapat yang ini mbak” ( menunjuk cakar ayam)
Cindi                 : ” Tolonglah bu. Saya  butuh ayam ini” ( memelas dan menunjuk dada ayam)
Pedagang         : ” Ya tidak bisa mbak”
Cindi                 : ” Ayolah bu”
Pedagang         : ” Ya gak bisa mbak” ( berkata agak keras)
Pangeran         : ” Ada apa ini?”
Pedagang         : “ Ini lho tuan mbak ini mau beli ayam  tapi uangnya Cuma Rp. 1. 000 ya mana ada”
Cindi                  : ” Uang saya sudah habis tadi dan saya sangat membutuhkan ayam ini ”
Pangeran          : ” Ya sudah bu berikan saja. Nanti biar saya yang bayar”
Cindi                 : ” Tidak usah tuan”
Pangeran          : ”Sudahlah ambil saja, saya ikhlas membantu”
Pedagang         : ” Baiklah silakan ambil ayamnya”
Cindi                : ” Terima kasih, bu. Terima kasih banyak tuan” ( bergegas pulang)
Pangeran           : ” Iya sama-sama” ( terus melihat cindi  dan terpesona) “ Hei, tunggu ! Siapa namamu?”
Pukul 09.00 Cindi sampai di rumah, sambutan panas pun langsung di terimanya.
Ara                    : “ Jam segini baru pulang, dari pasar mana kamu ini !” (dengan wajah memerah)
Cindi                : “ Maaf kak, belanjaan ibu banyak, jadi Cindi “
Tia                   : “ Ah sudah ! kamu banyak alasan. Sana di panggil ibu !”
             Cindi               : “ Ini bu belanjaannya”                                       


             Ibu                     : “ Ngapain di kasih ke aku ? itu tugas kamu. Cepat bawa ke dapur dan buat masakan yang enak buat kita” (dengan heran melihat Cindi membawa semua belanjaan dengan lengkap) “kok bias dia mendapatkan semua bahan itu ? Padahal aku cuma kasih uang sedikit”
Tia                    : “ Ada apa bu ?” (bingung melihat ibunya mengomel sendiri)
Ibu                    : “ Apa sih, nggak ada apa-apa kok” (berlalu begitu saja)
Beberapa saat kemudian Cindi selesai memasak.
Ara & Tia         : (tidak sabar menunggu makanan)
Ibu                   : (memarahi Cindi)
Cindi                : (sambil terengah-engah memberikan makanan kepada Ibu dan kedua kakaknya)
                                      (membersihkan dapur dari sisa memasak dan membuangnya keluar)
Cindi                 : “ Lho ada surat, pasti buat ibu, aku harus memberikannya”. “Ibu, ini ada surat ”
Ibu                    : “ Wah undangan dari kerajaan Surya. Tia, Ara, ini kabar baik buat kalian,
                               PANGERAN  MENCARI ISTRI” (hebohh)
Ara                   : “ Ngapain kamu masih disini ? pengen ikut ? ”
Tia, Ara & Ibu  : “ Ya enggak lah…”
Tia                   : “ Cepat pergi ! ”
Kemudian Cindi pergi nang kebon kanggo nenangake atine sing sumpek.
Cindi                : “ Apakah bisa aku pergi ke pesta itu ? ”
Peri                  : (hanya suara) “Bisa kok...”
(Cindi kebingungan mencari asal suara, lalu peri pun muncul)
Cindi                : “ Kamu siapa ? kamu orang… ”
Peri                  : “ Apa ? mau bilang aku orang gila ? ”
Cindi                : “ Habisnya kamu antik gitu ”
Peri                  : “Aku ini,,, Pembina peri dari seluruh peri di muka bumi ini”
Cindi                : “ Oohh”
Peri                  : “ Kamu pengen ke pesta kan ?”
Cindi                : “ Kok tau ?”
Peri                  : “ Karna kamu telah memestakan hatiku”
Cindi                : “ Aduh buper, gombalanmu nggak banget deh”
Peri                    : “Jangan sedih Cindi, kamu pasti bias pergi ke pesta itu. Bertemu dengan pangeran,  makanan enak, istana mewah, bla blab la”
Saat Cindi melihat jam, dia teringat bahwa hari sudah gelap. Ia pun segera bergegas pulang dan memotong pembicaraan ibu peri..
Peri                  : “ Aku akan…”
Cindi                : “ Sudah sudah, hari sudah gelap, dan aku harus pulang.”
Keesokan harinya…
Ibu                      : “ Nanti malam pesta itu akan di gelar, wah aku lupa belum membelikan gaun buat putri-putriku. Tapi masak iya aku harus ke pasar sendiri. Emm, sepertinya aku tau harus dating ke siapa” (menuju ke kamar Cindi)
Ibu                    : “ Cindi, belikan gaun buat Tia dan ara ke pasar sekarang juga. Ini uang harus cukup untuk membeli gaun yang bagus.”
Cindi                  : “ Iya buu”
Sesampainya di pasar…
Penjual            : “ Klambi klambi, murah meriah apik-apik”
Cindi                : (memilih gaun) “ Ini berapa bu?”
Penjual               : “ 150rb mbak ”
Cindi                  : “ Dua 75rb ya bu ”
Penjual              : “Yaudah deh, buat kamu ini silahkan”
Cindi berjalan menuju ke rumah. Beberapa menit kemudian, dia sampai di rumah.
Cindi                : “ Ibu, kakak, Cindi pulang…”
Tia                   : “ Mana… mana gaunku ?” (sambil berlari menuju ke arah Cindi)
Ara                  : “ Aku mau yang ini” (merebuuuut)
Tia                    : “Yaudah ambil...,kali ini aku malas bertengkar sama kamu
                 (sambil  mengambil baju yang tidak di sukai ara)
Tia,Ara,Ibu      : (asyik berdandan untuk persiapan pergi ke pesta)
Hari menunjukkan pukul 19.00 WIB.Tia,Ara dan ibu pun  bersiap – siap untuk berangkat ke pesta .
Ibu                   : “ Cindi....jaga rumah baik – baik,jangan coba – coba kamu tinggalkan rumah ini apalagi kamu pergi untuk menyusul kita ke pesta...karena...”(terpotong karena di sela oleh Ara)           
Ara                     : “ Kamu tidak pantas untuk berada di sana dan...”(terpotong karena di sela Tia)
Tia                    : “ Kamu tidak pantas berada di antara orang – orang kaya seperti kita”
Ara                     : “ Benar banget it...ayo bu cepat kita berangkat aku sudah tidak sabar      bertemu pangeran”
Mereka pun pergi ke pesta dengan perasaan gembira,namun tidak dengan Cindi...dia hanya bisa merenung kesepian karena harus tinggal sendiri untuk menjaga rumah.
Cindi                  : “ Uchh....selalu saja aku rasakan hal seperti ini,apakah aku memang tidak                  pantas untuk mendapatkan kebahagiaan??,bahkan untuk pergi ke pesta saja aku di larang....padahal aku ingin sekali pergi ke pesta itu...tapi udahlah tidak ada gunanya aku bersedih seperti ini,aku harus tetap bahagia”(dengan wajah tersenyum,berusaha membangkitkan semangat)  
Cindi                : (melihat undangan)”Kalau lihat ini rasanya aku tidak bisa membohongi
                           perasaanku...aku ingin sekali ergi ke pesta,tapi...”
Ibu peri             : (menyela) “Tapi kamu pasti bisa pergi ke pesta itu”(tiba – tiba muncul dan    Cindi terkejut)
Cindi                   : “ Haduh....buper ini sukanya ngagetin aja...udah kayak jailangkung,datang enggak di jemput pulang..ya langsung menghilang” 
Ibu peri                : “Yaiyalah...aku gitu, udach sekarang ini kamu jangan bersedih,sebab buper akan mambantu kamu agar bisa datang ke pesta...”
Cindi                   : “Beneran...?
Ibu peri               : “Yaiyalah...emang tampang aku ini gak meyakinkan ya...?”
Cindi                   : “Meyakinkan kok.....tapi dikit”(dengan tersenyum)
Ibu peri                : “Kamu itu...udach sekarang tidak ada banyak waktu,cepat kamu cari 2 wortel dan 2 jeruk”
Cindi                     : “Ha....apa hubunganx ke pesta sama buah wortel sama jeruk?”(Cindi bingung)
Ibu peri               : “Udah.. kamu jangan banyak tanya.. cepat cari!”
Cindi                   : “ Iya-iya buper aku bakal cari,tunggu bentar ya”
Ibu peri               : “Ni anak lelet banget ya...”(sambil mondar-mandir)
15 menit kemudian bahan – bahan telah Cindi dapatkan,kini waktunya Cindi untuk di
make over oleh ibu peri..
Ibu peri               : “Sini mendekatlah dengan ku...akau akan memberikan keajaiban untuk mu”(sambil memainkan tongkatnya)
Ibu peri               : (berusaha merubah penampilan Cindi sampai terlihat sempurna)
Akhirnya Cindi pun selesai di make over....saatnya berangkat
Cindi                   : “Tapi buper...berangkatnya gimana?? “
Ibu peri                : “Jangan khawatir...buper gitu...apa sih yang nggak aku bisa,sekarang kamu tutup mata,aku akan merubah wortel dan jeruk ni....sudah lihat ke belakang”
Cindi                   : “ Waw....keren banget”(tampak bahagia)
Cindi dan ibu peri pun pergi menuju ke istana....1 jam kemudian mereka sampai di
istana ibu peri selalu saja berada di dekat Cindi. Saat Cindi memasuki istana...semua mata  tertuju padanya.
Tia                      : “ Wah...cantiknya..kalau begini bisa kalah kita..”(sambil menatap Ara)
Ara                     : “Bener banget...”(sambil terpukau)
Pangeran Taro tak kuasa melihat kecantikan Cindi,ia pun datang menghampirinya...
Pangeran            : “Wahai putri cantik,maukah kau berdansa dengan ku???”
Cindi                   : (Diam terpaku)
Ibu peri               : “Mau-mau...ayo bilang mau”(tiba-tiba menjawab)
Cindi                   : “Apaan sih...”
Pangeran            : “Oh..kamu tidak mau?”
Cindi                     : “Bukan..bukan begitu maksud aku,aku mau ko...”(dengan senyuman manis)
Cindi dan Pangeran tampak sangat serasi dan bahagia,namun lagi-lagi kedua kakak
tirinya merusak kebahagiaan itu
Tia                      : (Merebut raja dari Cindi)
Ara                     : (Merebut raja dari Tia)
Tia dan Ara        : (Saling berebut untuk berdansa dengan Pangeran)
Pangeran            : “Kalian ini apa-apaan!!,aku orang bukan tali yang bisa di tarik-tarik”(marah sambil melepaskan diri dari Tia dan Ara,dan kembali lagi mengajak Cindi berdansa)
Melihat pangeran lebih memilh entuk berdansa dengan Cindi,Tia dan Ara merasa
iri...mereka menghampiri ibu dan menyusun sebuah rencana....
Tia,Ara,Ibu         : (Menggerutu merencanakan sesuatu)
Tia,Ara,Ibu         : (Mengendap-ngendap keluar,menuju dapur mencari minyak tanah)
Tia,Ara,Ibu          : (Menjalankan rencana)
Di dalam pesta...
Pangeran         : “Ada api....kebakaran!!cepat...cepat selamatkan diri kalian,cepat tinggalkan tempat ini.Putri..cepatlah lari”(sambil gelisah)
Cindi                : “Aki mau lari asalkan dengan kamu pangeran”
Pangeran         : “Baiklah cepat...”(sambil menggandeng tangan Cindi)
Ibu peri            : “Aduh...aduh sayapku,aduh...”(sambil berputar-putar karena terdesak)
Pangeran,Cindi: (sesampai di luar,pageran terjatuh dan tamgam Cindi pun terlepas
                             dari  gandengan pangeran)
Istanapun berhasil dibakar oleh tangan-tangan yang sirik dengan kebahagiaan Cindi. Dan hasilnya, seisi istana menjadi hanguss. Tiang megah, tembok besar, beserta harta karajaan, semuanya habis begitu saja. Dibelakang kepedihan itu, Ara, Tia dan Ibu tiri Cindi tertawa lepas melihat itu.
Ara                  : “Sekali mendayung 2, 3 pulau terlampaui”
Tia                   :”Ya, misi kita berhasil !”
Ibu                   :”Sudah, saatnya kita kembali ke rumah kita anak-anak”
Mereka mengira bahwa Pangeran dan Cindi ikut hangus di dalam istana. Tapi mereka salah, Tuhan masih membutuhkan Pangeran didunia ini. Begitu juga gadis baik seperti Cindi. Pangeran berhasil menyelamatkan diri dengan lari ke hutan, sedangkan Cindi berhasil lari menuju tempat Ia tinggal. Keesokan harinya saat dihutan…
Pangeran         :”Kini semua telah berubah. Istana, kehidupan mewah, pengawal, mahkota bahkan baju kerajaanku, semua sudah sirna. Tinggal baju bututku ini”.  (sambil menyusuri jalan dihutan)           
            Ditengah kepedihan yang pangeran rasakan, tiba-tiba muncullah
Peri                  :”Hai Pangeran.” (sapanya centil)
Pangeran         :”Siapa kamu ?”(sentak Pangeran kaget)
Peri                    :”Aku adalah Pembina peri di seluruh muka bumi ini.” (balas peri dengan gaya centilnya)
Pangeran         :”Benarkah ?”
Peri                  :”Ehem !” (sambil mengangguk-angguk)
Pangeran         :”Kalau memang kamu peri, tunjukkan satu kehebatanmu ?”
Peri                    :”Baiklah, akan kutunjukkan. Kau lihat ranting-ranting disana ? aku akan       merubahnya menjadi sesuatu yang bisa kau makan. Dengan kekuatan matahati dan batin, jadilah !” (mengucap mantra sambil memainkan tongkatnya)
            Pangeran hanya bisa terdiam mendengarnya dan masih ragu dengan apa yang telah Peri katakan padanya. Dan…crink! Jadilah dua buah jeruk yang indah warna. Dengan rasa penasaran, pangeran langsung mengambil buah itu dan Ia makan.
Pangeran         :”Apa ini ? peri membohongiku ! ini bukan buah asli, rasanya keras.” (dengan  wajah kesal)
Peri                   :”Benarkah ? oh, maaf mungkin mantraku salah. Ya maklum, terlalu banyak mantra yang dihafal. Baiklah, akan kumulai lagi dengan kekuatan angin, jadilah buah !”
Pangeran         :”Ah, aku tidak mau memakannya !” (sahutnya kesal)
Peri                  :”Ya sudah, biar aku yang memakannya.” (dengan mengupas kulit jeruk)
Pangeran         :”Peri, bagi-bagi dong ?”
Peri                  :”Ini !”(dengan wajah sedikit kesal)
Pangeran         :”Terimakasih peri.”
            Ditengah kebersamaan itu, pangeran meminta satu permintaan kepada peri. Ia ingin dipertemukan dengan Cindi.
Pangeran         :”Mmmh…peri, boleh kah aku meminta bantuanmu ?”
Peri                  :”Boleh, katakan !”
Pangeran         :”Bisakah peri mempertemukanku dengan belahan jiwaku ?”
Peri                    :”Ok, tidak masalah. Besok aku akan membawa belahanmu kesini.” (tersenyum yakin)
            Setelah menghabiskan jeruk, peri menghilang begitu saja karena hari sudah malam. Mungkin peri takut tidak bisa melihat jalan saat malam hari. Itu membuat pangeran bingung, karena peri tiba-tiba menghilang begitu saja. Keesokan harinya, dirumah Cindi tinggal…
Cindi                : (melakukan aktivitas biasanya)
Ara                  :”Ka…kamu Cindi ?. Ibu, Tia cepat kesini !” (teriaknya sambil kebingungan)
Tia                   :”Ada apa sih ? pakai teriak-teriak.”
Ibu                   :”Itu…” (melotot kebingungan)
            Ibu, Tia dan Ara pun masih terdiam terpaku melihat Cindi ada di depan mata mereka. Mereka masih belum percaya melihat keberadaan Cindi dirumah, tetapi itu semua memang nyata dan rasa benci pun mulai tumbuh karena melihat Cindi masih hidup. Penyiksaan berlanjut. Detik itu juga, Ibu menyuruh Cindi mencari ubi dan kayu bakar dihutan untuk makan.
Ibu                   :”Cindi…!”
Cindi                :”Apa bu ?”(dengan membawa sapu)
Ibu                   :”Cepat pergi ke hutan dan cari kayu bakar untuk memasak !”(bentaknya)
Cindi                :”Hanya itu bu ? lalu apa kita sudah punya makanan untuk dimasak ?”
Ibu                     :”O..iya, kenapa aku jadi pikun begini ya ? ya sudah cepat cari umbi juga sebanyak mungkin !”
Cindi                :”Baik bu.” (dengan wajah polosnya)
            Sepanjang jalan menuju hutan, Cindi lalui dengan gembira karean hanya saat seperti inilah Cindi bisa tersenyum bebas dari penyiksaan saudara dan Ibu tirinya. Setengah perjalanan menuju hutan, Ibu peri muncul tiba-tiba.
Peri                  :”Hai, cindi. Mau kemana kamu ? aku ikut ya ?”
Cindi                  :”Bu per ini mengagetkanku saja ! aku mau kehutan, ibu menyuruhku mencari ubi dan kayu bakar. Kalau bu per ikut, aduh..jangan dech, nanti malah bikin perjalananku gak selesai-selesai.” (sahut cindi)
Peri                    :”Kali ini aku gak akan ngajak kamu bicara terus dech. Aku hanya ingin menyampaikan berita bahagia untukmu.”
Cindi                :”Berita bahagia ? apa bu per ?”(balas cindi dengan penasaran)
Peri                  :”Sebentar lagi kamu akan bertemu belahan jiwamu.” (bisiknya)
Cindi                :”Jodohku ?” (sambil menoleh kebelakang)
                            “Bu per, bu per ! kebiasaan. Selalu menglang tanpa pamit.”
                            “Apa benar yang bu per bilang barusan ? ah, sudah lah aku harus mencari  kayu bakar.” (gumam cindi dalam hati kecilnya)
            Cindi pun terus berjalan  mencari kayu bakar. Sampai disuatu tempat, cindi menemui gubuk reok di tengah hutan. Disitu juga cindi melihat tumpukan kayu bakar yang tertata rapi.
Pangeran         :”Hei, tunggu…itu kayu bakarku…” (teriaknya)
Cindi                :”(menengok ke belakang dan memandang pangeran)
Cindi                  :”Maaf, maaf tuan. Ini kayu bakarnya.
Pangeran          :”Iya, ini aku. Kau tak mengenaliku bukan ? o iya, ambil saja kayu bakarku. Aku bisa mencarinya lagi nanti.” (balasnya senang)
Cindi                :”Terima kasih tuan.”
Pangeran         :”Sepertinya aku mengenalmu, tapi dimana ya ?” (tanyanya heran)
Cindi                :”Mungkin tuan salah orang. Permisi tuan.” (sambil berlalu begitu saja)
Pangeran          :”Tidak, aku yakin tidak salah orang. Aku masih ingat tatapan mata itu. Sama persis dengan tatapanmu.” (sambil tersenyum)
Cindy                : (Dia pun tersenyum malu)
Pangeran menatap Cindy sambil mengingat-ingat siapakah Cindy sebenarnya… Dan dia pun teringat siapa Cindy…
Pangeran         : “ Kamu… Putri cantik itu kan… Yang berdansa denganku waktu di pesta “
Cindy               : “ Pangeran….. “ ( sambil terkejut dan senang )
Pangeran          : “ Pasti kau tidak mengenali penampilanku sekarang ini “ (dengan wajah    sedih dan sambil duduk, Cindy pun ikut duduk )
Cindy                 : ” Maaf pangeran.. Saya tidak mengenali penampilan anda sekarang ini… Apakah karena kejadian itu pangeran menjadi seperti ini “
Pangeran          : “ Benar sekali… Kini aku hanya seorang pemuda yang miskin tak punya apa-apa “
Cindu                 : “Jangan begitu pangeran… Engkau tetaplah pangeran yang baik dan bijaksana… Meskipun kehidupan pangeran berubah… Pangeran tidak harus bersdih,karena hidup ini indah “
Pangeran          : “ Terima kasih putri cantik “
Cindy                : “ Jangan panggil aku seperti itu pangeran… Panggil aku Cindy “
Pangeran           : “ Jadi nama kamu Cindy… Dan jangan panggil aku pangeran , tapi panggil Taro “
Cindy                : “ Baiklah pange… Maaf,baiklah Taro “ (sambil tersenyum)
Cindy pun kembali mencari ubi dan dia berpamitan pulang ke pangeran karena dia takut di cari oleh ibu tirinya…
Sesampai di rumah…
Cindy                : “ Ibu… Ini ubi dan kayu bakarnya “
Ibu                    : ” Dari mana saja kamu… Jam segini baru pulang “
Cindy                  : ” Maaf bu… Tadi waktu di hutan saya bertemu dengan pangeran Taro dan saya berbincang-bincang sebentar dengannya… Kas.. “
Ibu                       : Siapa Taro itu ?
Ibu                     : (tiba-tiba ibu memotong) “Apa… Pangeran” (terkejut)
Mendenagr Ibu menyebut kata-kata pengeran… Tia dan Ara pun segera menghampiri ibu…
Tia dan Ara     : “ Pangeran… Pangeran mana bu pangeran… Kan dia sudah…”
Ibu                   : ” Kamu itu jangan asal bicara saja” (sambil menginjak kaki Tia)
“Cindy,kalau memang benar apa byang kamu ucapkan itu,tunjukkan pada kami dimana istana pangeran sekarang”
Cindy               : ” Tapi bu,Pangeran…”
Tia                      : ” Ah,sudah jangan banyak alasan. Tunjukkan pada kami istana pangeran yang ada di   hutan itu”
Cindy               : “ Pangeran sudah… “
Ara                   : ” Ayo Cindy,tunjukkan pada kami”
Akhirnya dengan paksaan Ibu dan kedua kakanya,Cindy pergi menuju hutan tempat ia bertemu pangeran. Sesampainya di hutan…
Ara                  : ”Mana pangeran , mana cindy ?
Cindy               : Sebentar lagi kak
Tia                      : Lihat di hutan begini masih saja ada yang tinggal gubuknya reok kotor ,jelek                lagi?
Ibu                   : “Iya…, apa betah orang yang menempati gubuk reot itu  ?
Cindi                : ”Ibu , kakak ,itulah tempat tinggal orang yang kalian cari “
Ibu                   : “Apa? “Maksud kamu “? (dengan wajah bingung )
Pangeran         : (muncul dari gubuk )
Tia,Ara dan ibu: “Ih…siapa itu ??
Cindy               : “Kalian tidak mengenalnya ? dia pangeran
Tia,Aradan ibu: Apa…?(dengan terkejut )
Pangeran          : “Kalian buta tidak ingat dengan ku , karena kadaanku sudah berubah menjadi miskin Seperti ini .”
Tia ,Arad an ibu: (saat itu juga mereka menjadi kehilangan kesadaran)
Cindy               : “Ibu , kakak ,banguun ; ibu kaka ayo bangun …
Pangeran          : “ Sudah cindy biarkan mereka seperti itu . mereka hanya menyukai harta      kekayaanku  saja”, cindy aku menyayangi mu . Apa kamu masih mau menerima keadaanku  seperti ini?
Cindy                 : “Aku menyayangi pangeran apa adanya  maksudku taro” (dengan wajah gugup)
Pangeran         : “ Apakah kamu mau menjadi pendamping hidup ku di saat aku seperti ini ?”
Cindy               : (cindy membalas dengan senyuman )
Pangeran         : (memegang tangan cindy ) jawablah cindy ?
Cindy               : “ Aku tidak bisa pangeran…
Pangeran         : (wajah syok)
Cindy                 : (melajutkan pembicaraanya ) “ aku tidak bisa jika aku tidak menjalani hidupku  denganMu”
Pangeran dan cindy : (saling bertatap muka dan terbawah suasana hingga akan berpelukan
Namun tiba – tiba bu peri mucul…

Buperi               : “ Hayooooo… ini dilihat sama anak-anak sekolah loh, jadi tidak boleh berpelukan Di muka umum ( berbicar kepada cindy dan pangeran )
            Pangeran dengan cindy pun merajut cinta yang di pupuk dengan butiran – butiran ketulusan dan hubungan mereka tampak harmonis… Namun tidak tahu terjaga pada tahun-tahun berikutnya… Tunggu saja undangan pernikahan Cindi dengan Pangeran,atau bahkan undangan tersebut itu berisikan pernukahan Cindi dengan Pewe.

    

0 komentar on "Drama CINDILARA"

Posting Komentar

Drama CINDILARA

 CINDILARA
Pada jaman dahulu kala, berdirilah kerajaan yang megah, damai, dan sejahtera bernama Kerajaan Surya yang dipimpin oleh seorang pangeran yang bernama Taro. Di kerajaan tersebut terdapat sebuah desa,  di sana  hidup seorang putri yang baik, lemah lembut dan cantik, ialah Cindi. Ia tinggal bersama ayahnya, ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Rasa tentram, bahagia selalu Cindi rasakan ketika ayahnya tercinta ada disampingnya. Namun tiba-tiba semua itu sirna saat terdengar kabar bahwa ayahnya telah tiada. 
Adegan I
Cindi                : ” Ayah… Kenapa meniggalkan aku secepat ini?” (Menangis tersedu-sedu)
Ibu dan kedua saudara tiri     : ” Oh ayah…, kenapa kau bisa secepat ini  pergi meninggalkan kami” (Sambil berpura-pura menangis dan berbisik-bisik)
Cindi                : (Menciumi jenazah ayahnya)
Saat itu juga ayah Cindi dimakamkan. Sepeninggal ayahnya, kehidupan Cindi berubah.
 Ibu                  : “Cindi, Cindi, Cindi”
Cindi                : “Iya ibu”
Ibu                   : “Telinga kamu dimana?”
Cindi                : “ Di sini bu” (memegang kedua telinganya)
Tia                   : ” Punyaku”(berteriak)
Ara                    : ” Bukan itu punyaku, kan itu ada dikamarku ” ( berteriak dan menarik minuman hingga jatuh)
Ibu                   : ” Kalian….”
Tia                   : ” Apa sih bu? Semau ini salah Ara!”  ( memotong ucapan ibu)
Ara                  : “ Bukan ini salah Tia” ( berteriak)
Ibu                   : “ Sudah, sudah. Kalian keluar! Cindi bersihkan ini sekarang!”
Cindi                  : “ Baik, bu” ( kaget karena dibentak dan segera berlari mengambil kain pel dan segara membersihkan lantai itu dengan penuh kerelaan )
Tia                   : ( Tiba-tiba datang dan sengaja mengganggu Cindi  bekerja )
 “ Ups masih basah ya. Maaf ya. Aku memang sengaja gangguin kamu ! Loh jatuh!  Ngapain   ? Nggak suka ? Urusan kamu ya! Cepat bersihin!”

            Belum puas melihat Cindi menderita, Ara pun menambah penderitaan Cindi.
Ara                    : ( sengaja menabrak Cindi di lain sisi ruangan ) “ Aduh! Ya ampun Cindi, mangkanya kalau naruh ember itu jangan sembarangan! Jadi kena orang dan basah semua lagi”
Cindi                : “ Maaf kak” ( sedih )
Hari demi hari telah Cindi lalui bersama Ibu dan kedua Saudara tirinya, namun tak ada sedikitpun kebahagiaan yang Cindi rasakan, Ia hanya merasakan kesedihan dan penderitaan. Cindi pun hanya bisa menerima semua itu dengan pasrah dan melampiaskan kesedihannya dengan bernyanyi. Tiba-tiba Cindi dikagetkan oleh…
Ibu                   : ” Cindi, Cindi!”
Cindi                : ” Apa bu?...” ( terkejut)
Ibu                     : “ Cepat belanja. Ini uang dan daftar belanjaannya” ( menyodorkan uang dan daftar belanjaan yang panjang )
Cindi                : ( melihat daftar belanjaan ) “ Tapi bu uang segini ya mana cukup”
Ibu                   : ” Jangan banyak protes. Pokoknya semua bahan itu harus ada! “
Cindi                 : ” Baiklah bu ” ( berbalik badan dan memikirkan cara untuk membeli semua barang tersebut)
Satu persatu bahan telah Cindi dapatkan. Namun, ada satu bahan yang belum ia dapatkan dan uangnya pun tinggal sedikit.
Cindi                  : ” Uang segini cukup enggak ya buat beli ayam?” (berjalan menuju pedagang       ayam)
Pedagang        : “  Yang mana mbak?”
Cindi                : ” Kalau uang segini dapat yang mana bu?”
Pedagang         : ” Kalau uang segitu dapat yang ini mbak” ( menunjuk cakar ayam)
Cindi                 : ” Tolonglah bu. Saya  butuh ayam ini” ( memelas dan menunjuk dada ayam)
Pedagang         : ” Ya tidak bisa mbak”
Cindi                 : ” Ayolah bu”
Pedagang         : ” Ya gak bisa mbak” ( berkata agak keras)
Pangeran         : ” Ada apa ini?”
Pedagang         : “ Ini lho tuan mbak ini mau beli ayam  tapi uangnya Cuma Rp. 1. 000 ya mana ada”
Cindi                  : ” Uang saya sudah habis tadi dan saya sangat membutuhkan ayam ini ”
Pangeran          : ” Ya sudah bu berikan saja. Nanti biar saya yang bayar”
Cindi                 : ” Tidak usah tuan”
Pangeran          : ”Sudahlah ambil saja, saya ikhlas membantu”
Pedagang         : ” Baiklah silakan ambil ayamnya”
Cindi                : ” Terima kasih, bu. Terima kasih banyak tuan” ( bergegas pulang)
Pangeran           : ” Iya sama-sama” ( terus melihat cindi  dan terpesona) “ Hei, tunggu ! Siapa namamu?”
Pukul 09.00 Cindi sampai di rumah, sambutan panas pun langsung di terimanya.
Ara                    : “ Jam segini baru pulang, dari pasar mana kamu ini !” (dengan wajah memerah)
Cindi                : “ Maaf kak, belanjaan ibu banyak, jadi Cindi “
Tia                   : “ Ah sudah ! kamu banyak alasan. Sana di panggil ibu !”
             Cindi               : “ Ini bu belanjaannya”                                       


             Ibu                     : “ Ngapain di kasih ke aku ? itu tugas kamu. Cepat bawa ke dapur dan buat masakan yang enak buat kita” (dengan heran melihat Cindi membawa semua belanjaan dengan lengkap) “kok bias dia mendapatkan semua bahan itu ? Padahal aku cuma kasih uang sedikit”
Tia                    : “ Ada apa bu ?” (bingung melihat ibunya mengomel sendiri)
Ibu                    : “ Apa sih, nggak ada apa-apa kok” (berlalu begitu saja)
Beberapa saat kemudian Cindi selesai memasak.
Ara & Tia         : (tidak sabar menunggu makanan)
Ibu                   : (memarahi Cindi)
Cindi                : (sambil terengah-engah memberikan makanan kepada Ibu dan kedua kakaknya)
                                      (membersihkan dapur dari sisa memasak dan membuangnya keluar)
Cindi                 : “ Lho ada surat, pasti buat ibu, aku harus memberikannya”. “Ibu, ini ada surat ”
Ibu                    : “ Wah undangan dari kerajaan Surya. Tia, Ara, ini kabar baik buat kalian,
                               PANGERAN  MENCARI ISTRI” (hebohh)
Ara                   : “ Ngapain kamu masih disini ? pengen ikut ? ”
Tia, Ara & Ibu  : “ Ya enggak lah…”
Tia                   : “ Cepat pergi ! ”
Kemudian Cindi pergi nang kebon kanggo nenangake atine sing sumpek.
Cindi                : “ Apakah bisa aku pergi ke pesta itu ? ”
Peri                  : (hanya suara) “Bisa kok...”
(Cindi kebingungan mencari asal suara, lalu peri pun muncul)
Cindi                : “ Kamu siapa ? kamu orang… ”
Peri                  : “ Apa ? mau bilang aku orang gila ? ”
Cindi                : “ Habisnya kamu antik gitu ”
Peri                  : “Aku ini,,, Pembina peri dari seluruh peri di muka bumi ini”
Cindi                : “ Oohh”
Peri                  : “ Kamu pengen ke pesta kan ?”
Cindi                : “ Kok tau ?”
Peri                  : “ Karna kamu telah memestakan hatiku”
Cindi                : “ Aduh buper, gombalanmu nggak banget deh”
Peri                    : “Jangan sedih Cindi, kamu pasti bias pergi ke pesta itu. Bertemu dengan pangeran,  makanan enak, istana mewah, bla blab la”
Saat Cindi melihat jam, dia teringat bahwa hari sudah gelap. Ia pun segera bergegas pulang dan memotong pembicaraan ibu peri..
Peri                  : “ Aku akan…”
Cindi                : “ Sudah sudah, hari sudah gelap, dan aku harus pulang.”
Keesokan harinya…
Ibu                      : “ Nanti malam pesta itu akan di gelar, wah aku lupa belum membelikan gaun buat putri-putriku. Tapi masak iya aku harus ke pasar sendiri. Emm, sepertinya aku tau harus dating ke siapa” (menuju ke kamar Cindi)
Ibu                    : “ Cindi, belikan gaun buat Tia dan ara ke pasar sekarang juga. Ini uang harus cukup untuk membeli gaun yang bagus.”
Cindi                  : “ Iya buu”
Sesampainya di pasar…
Penjual            : “ Klambi klambi, murah meriah apik-apik”
Cindi                : (memilih gaun) “ Ini berapa bu?”
Penjual               : “ 150rb mbak ”
Cindi                  : “ Dua 75rb ya bu ”
Penjual              : “Yaudah deh, buat kamu ini silahkan”
Cindi berjalan menuju ke rumah. Beberapa menit kemudian, dia sampai di rumah.
Cindi                : “ Ibu, kakak, Cindi pulang…”
Tia                   : “ Mana… mana gaunku ?” (sambil berlari menuju ke arah Cindi)
Ara                  : “ Aku mau yang ini” (merebuuuut)
Tia                    : “Yaudah ambil...,kali ini aku malas bertengkar sama kamu
                 (sambil  mengambil baju yang tidak di sukai ara)
Tia,Ara,Ibu      : (asyik berdandan untuk persiapan pergi ke pesta)
Hari menunjukkan pukul 19.00 WIB.Tia,Ara dan ibu pun  bersiap – siap untuk berangkat ke pesta .
Ibu                   : “ Cindi....jaga rumah baik – baik,jangan coba – coba kamu tinggalkan rumah ini apalagi kamu pergi untuk menyusul kita ke pesta...karena...”(terpotong karena di sela oleh Ara)           
Ara                     : “ Kamu tidak pantas untuk berada di sana dan...”(terpotong karena di sela Tia)
Tia                    : “ Kamu tidak pantas berada di antara orang – orang kaya seperti kita”
Ara                     : “ Benar banget it...ayo bu cepat kita berangkat aku sudah tidak sabar      bertemu pangeran”
Mereka pun pergi ke pesta dengan perasaan gembira,namun tidak dengan Cindi...dia hanya bisa merenung kesepian karena harus tinggal sendiri untuk menjaga rumah.
Cindi                  : “ Uchh....selalu saja aku rasakan hal seperti ini,apakah aku memang tidak                  pantas untuk mendapatkan kebahagiaan??,bahkan untuk pergi ke pesta saja aku di larang....padahal aku ingin sekali pergi ke pesta itu...tapi udahlah tidak ada gunanya aku bersedih seperti ini,aku harus tetap bahagia”(dengan wajah tersenyum,berusaha membangkitkan semangat)  
Cindi                : (melihat undangan)”Kalau lihat ini rasanya aku tidak bisa membohongi
                           perasaanku...aku ingin sekali ergi ke pesta,tapi...”
Ibu peri             : (menyela) “Tapi kamu pasti bisa pergi ke pesta itu”(tiba – tiba muncul dan    Cindi terkejut)
Cindi                   : “ Haduh....buper ini sukanya ngagetin aja...udah kayak jailangkung,datang enggak di jemput pulang..ya langsung menghilang” 
Ibu peri                : “Yaiyalah...aku gitu, udach sekarang ini kamu jangan bersedih,sebab buper akan mambantu kamu agar bisa datang ke pesta...”
Cindi                   : “Beneran...?
Ibu peri               : “Yaiyalah...emang tampang aku ini gak meyakinkan ya...?”
Cindi                   : “Meyakinkan kok.....tapi dikit”(dengan tersenyum)
Ibu peri                : “Kamu itu...udach sekarang tidak ada banyak waktu,cepat kamu cari 2 wortel dan 2 jeruk”
Cindi                     : “Ha....apa hubunganx ke pesta sama buah wortel sama jeruk?”(Cindi bingung)
Ibu peri               : “Udah.. kamu jangan banyak tanya.. cepat cari!”
Cindi                   : “ Iya-iya buper aku bakal cari,tunggu bentar ya”
Ibu peri               : “Ni anak lelet banget ya...”(sambil mondar-mandir)
15 menit kemudian bahan – bahan telah Cindi dapatkan,kini waktunya Cindi untuk di
make over oleh ibu peri..
Ibu peri               : “Sini mendekatlah dengan ku...akau akan memberikan keajaiban untuk mu”(sambil memainkan tongkatnya)
Ibu peri               : (berusaha merubah penampilan Cindi sampai terlihat sempurna)
Akhirnya Cindi pun selesai di make over....saatnya berangkat
Cindi                   : “Tapi buper...berangkatnya gimana?? “
Ibu peri                : “Jangan khawatir...buper gitu...apa sih yang nggak aku bisa,sekarang kamu tutup mata,aku akan merubah wortel dan jeruk ni....sudah lihat ke belakang”
Cindi                   : “ Waw....keren banget”(tampak bahagia)
Cindi dan ibu peri pun pergi menuju ke istana....1 jam kemudian mereka sampai di
istana ibu peri selalu saja berada di dekat Cindi. Saat Cindi memasuki istana...semua mata  tertuju padanya.
Tia                      : “ Wah...cantiknya..kalau begini bisa kalah kita..”(sambil menatap Ara)
Ara                     : “Bener banget...”(sambil terpukau)
Pangeran Taro tak kuasa melihat kecantikan Cindi,ia pun datang menghampirinya...
Pangeran            : “Wahai putri cantik,maukah kau berdansa dengan ku???”
Cindi                   : (Diam terpaku)
Ibu peri               : “Mau-mau...ayo bilang mau”(tiba-tiba menjawab)
Cindi                   : “Apaan sih...”
Pangeran            : “Oh..kamu tidak mau?”
Cindi                     : “Bukan..bukan begitu maksud aku,aku mau ko...”(dengan senyuman manis)
Cindi dan Pangeran tampak sangat serasi dan bahagia,namun lagi-lagi kedua kakak
tirinya merusak kebahagiaan itu
Tia                      : (Merebut raja dari Cindi)
Ara                     : (Merebut raja dari Tia)
Tia dan Ara        : (Saling berebut untuk berdansa dengan Pangeran)
Pangeran            : “Kalian ini apa-apaan!!,aku orang bukan tali yang bisa di tarik-tarik”(marah sambil melepaskan diri dari Tia dan Ara,dan kembali lagi mengajak Cindi berdansa)
Melihat pangeran lebih memilh entuk berdansa dengan Cindi,Tia dan Ara merasa
iri...mereka menghampiri ibu dan menyusun sebuah rencana....
Tia,Ara,Ibu         : (Menggerutu merencanakan sesuatu)
Tia,Ara,Ibu         : (Mengendap-ngendap keluar,menuju dapur mencari minyak tanah)
Tia,Ara,Ibu          : (Menjalankan rencana)
Di dalam pesta...
Pangeran         : “Ada api....kebakaran!!cepat...cepat selamatkan diri kalian,cepat tinggalkan tempat ini.Putri..cepatlah lari”(sambil gelisah)
Cindi                : “Aki mau lari asalkan dengan kamu pangeran”
Pangeran         : “Baiklah cepat...”(sambil menggandeng tangan Cindi)
Ibu peri            : “Aduh...aduh sayapku,aduh...”(sambil berputar-putar karena terdesak)
Pangeran,Cindi: (sesampai di luar,pageran terjatuh dan tamgam Cindi pun terlepas
                             dari  gandengan pangeran)
Istanapun berhasil dibakar oleh tangan-tangan yang sirik dengan kebahagiaan Cindi. Dan hasilnya, seisi istana menjadi hanguss. Tiang megah, tembok besar, beserta harta karajaan, semuanya habis begitu saja. Dibelakang kepedihan itu, Ara, Tia dan Ibu tiri Cindi tertawa lepas melihat itu.
Ara                  : “Sekali mendayung 2, 3 pulau terlampaui”
Tia                   :”Ya, misi kita berhasil !”
Ibu                   :”Sudah, saatnya kita kembali ke rumah kita anak-anak”
Mereka mengira bahwa Pangeran dan Cindi ikut hangus di dalam istana. Tapi mereka salah, Tuhan masih membutuhkan Pangeran didunia ini. Begitu juga gadis baik seperti Cindi. Pangeran berhasil menyelamatkan diri dengan lari ke hutan, sedangkan Cindi berhasil lari menuju tempat Ia tinggal. Keesokan harinya saat dihutan…
Pangeran         :”Kini semua telah berubah. Istana, kehidupan mewah, pengawal, mahkota bahkan baju kerajaanku, semua sudah sirna. Tinggal baju bututku ini”.  (sambil menyusuri jalan dihutan)           
            Ditengah kepedihan yang pangeran rasakan, tiba-tiba muncullah
Peri                  :”Hai Pangeran.” (sapanya centil)
Pangeran         :”Siapa kamu ?”(sentak Pangeran kaget)
Peri                    :”Aku adalah Pembina peri di seluruh muka bumi ini.” (balas peri dengan gaya centilnya)
Pangeran         :”Benarkah ?”
Peri                  :”Ehem !” (sambil mengangguk-angguk)
Pangeran         :”Kalau memang kamu peri, tunjukkan satu kehebatanmu ?”
Peri                    :”Baiklah, akan kutunjukkan. Kau lihat ranting-ranting disana ? aku akan       merubahnya menjadi sesuatu yang bisa kau makan. Dengan kekuatan matahati dan batin, jadilah !” (mengucap mantra sambil memainkan tongkatnya)
            Pangeran hanya bisa terdiam mendengarnya dan masih ragu dengan apa yang telah Peri katakan padanya. Dan…crink! Jadilah dua buah jeruk yang indah warna. Dengan rasa penasaran, pangeran langsung mengambil buah itu dan Ia makan.
Pangeran         :”Apa ini ? peri membohongiku ! ini bukan buah asli, rasanya keras.” (dengan  wajah kesal)
Peri                   :”Benarkah ? oh, maaf mungkin mantraku salah. Ya maklum, terlalu banyak mantra yang dihafal. Baiklah, akan kumulai lagi dengan kekuatan angin, jadilah buah !”
Pangeran         :”Ah, aku tidak mau memakannya !” (sahutnya kesal)
Peri                  :”Ya sudah, biar aku yang memakannya.” (dengan mengupas kulit jeruk)
Pangeran         :”Peri, bagi-bagi dong ?”
Peri                  :”Ini !”(dengan wajah sedikit kesal)
Pangeran         :”Terimakasih peri.”
            Ditengah kebersamaan itu, pangeran meminta satu permintaan kepada peri. Ia ingin dipertemukan dengan Cindi.
Pangeran         :”Mmmh…peri, boleh kah aku meminta bantuanmu ?”
Peri                  :”Boleh, katakan !”
Pangeran         :”Bisakah peri mempertemukanku dengan belahan jiwaku ?”
Peri                    :”Ok, tidak masalah. Besok aku akan membawa belahanmu kesini.” (tersenyum yakin)
            Setelah menghabiskan jeruk, peri menghilang begitu saja karena hari sudah malam. Mungkin peri takut tidak bisa melihat jalan saat malam hari. Itu membuat pangeran bingung, karena peri tiba-tiba menghilang begitu saja. Keesokan harinya, dirumah Cindi tinggal…
Cindi                : (melakukan aktivitas biasanya)
Ara                  :”Ka…kamu Cindi ?. Ibu, Tia cepat kesini !” (teriaknya sambil kebingungan)
Tia                   :”Ada apa sih ? pakai teriak-teriak.”
Ibu                   :”Itu…” (melotot kebingungan)
            Ibu, Tia dan Ara pun masih terdiam terpaku melihat Cindi ada di depan mata mereka. Mereka masih belum percaya melihat keberadaan Cindi dirumah, tetapi itu semua memang nyata dan rasa benci pun mulai tumbuh karena melihat Cindi masih hidup. Penyiksaan berlanjut. Detik itu juga, Ibu menyuruh Cindi mencari ubi dan kayu bakar dihutan untuk makan.
Ibu                   :”Cindi…!”
Cindi                :”Apa bu ?”(dengan membawa sapu)
Ibu                   :”Cepat pergi ke hutan dan cari kayu bakar untuk memasak !”(bentaknya)
Cindi                :”Hanya itu bu ? lalu apa kita sudah punya makanan untuk dimasak ?”
Ibu                     :”O..iya, kenapa aku jadi pikun begini ya ? ya sudah cepat cari umbi juga sebanyak mungkin !”
Cindi                :”Baik bu.” (dengan wajah polosnya)
            Sepanjang jalan menuju hutan, Cindi lalui dengan gembira karean hanya saat seperti inilah Cindi bisa tersenyum bebas dari penyiksaan saudara dan Ibu tirinya. Setengah perjalanan menuju hutan, Ibu peri muncul tiba-tiba.
Peri                  :”Hai, cindi. Mau kemana kamu ? aku ikut ya ?”
Cindi                  :”Bu per ini mengagetkanku saja ! aku mau kehutan, ibu menyuruhku mencari ubi dan kayu bakar. Kalau bu per ikut, aduh..jangan dech, nanti malah bikin perjalananku gak selesai-selesai.” (sahut cindi)
Peri                    :”Kali ini aku gak akan ngajak kamu bicara terus dech. Aku hanya ingin menyampaikan berita bahagia untukmu.”
Cindi                :”Berita bahagia ? apa bu per ?”(balas cindi dengan penasaran)
Peri                  :”Sebentar lagi kamu akan bertemu belahan jiwamu.” (bisiknya)
Cindi                :”Jodohku ?” (sambil menoleh kebelakang)
                            “Bu per, bu per ! kebiasaan. Selalu menglang tanpa pamit.”
                            “Apa benar yang bu per bilang barusan ? ah, sudah lah aku harus mencari  kayu bakar.” (gumam cindi dalam hati kecilnya)
            Cindi pun terus berjalan  mencari kayu bakar. Sampai disuatu tempat, cindi menemui gubuk reok di tengah hutan. Disitu juga cindi melihat tumpukan kayu bakar yang tertata rapi.
Pangeran         :”Hei, tunggu…itu kayu bakarku…” (teriaknya)
Cindi                :”(menengok ke belakang dan memandang pangeran)
Cindi                  :”Maaf, maaf tuan. Ini kayu bakarnya.
Pangeran          :”Iya, ini aku. Kau tak mengenaliku bukan ? o iya, ambil saja kayu bakarku. Aku bisa mencarinya lagi nanti.” (balasnya senang)
Cindi                :”Terima kasih tuan.”
Pangeran         :”Sepertinya aku mengenalmu, tapi dimana ya ?” (tanyanya heran)
Cindi                :”Mungkin tuan salah orang. Permisi tuan.” (sambil berlalu begitu saja)
Pangeran          :”Tidak, aku yakin tidak salah orang. Aku masih ingat tatapan mata itu. Sama persis dengan tatapanmu.” (sambil tersenyum)
Cindy                : (Dia pun tersenyum malu)
Pangeran menatap Cindy sambil mengingat-ingat siapakah Cindy sebenarnya… Dan dia pun teringat siapa Cindy…
Pangeran         : “ Kamu… Putri cantik itu kan… Yang berdansa denganku waktu di pesta “
Cindy               : “ Pangeran….. “ ( sambil terkejut dan senang )
Pangeran          : “ Pasti kau tidak mengenali penampilanku sekarang ini “ (dengan wajah    sedih dan sambil duduk, Cindy pun ikut duduk )
Cindy                 : ” Maaf pangeran.. Saya tidak mengenali penampilan anda sekarang ini… Apakah karena kejadian itu pangeran menjadi seperti ini “
Pangeran          : “ Benar sekali… Kini aku hanya seorang pemuda yang miskin tak punya apa-apa “
Cindu                 : “Jangan begitu pangeran… Engkau tetaplah pangeran yang baik dan bijaksana… Meskipun kehidupan pangeran berubah… Pangeran tidak harus bersdih,karena hidup ini indah “
Pangeran          : “ Terima kasih putri cantik “
Cindy                : “ Jangan panggil aku seperti itu pangeran… Panggil aku Cindy “
Pangeran           : “ Jadi nama kamu Cindy… Dan jangan panggil aku pangeran , tapi panggil Taro “
Cindy                : “ Baiklah pange… Maaf,baiklah Taro “ (sambil tersenyum)
Cindy pun kembali mencari ubi dan dia berpamitan pulang ke pangeran karena dia takut di cari oleh ibu tirinya…
Sesampai di rumah…
Cindy                : “ Ibu… Ini ubi dan kayu bakarnya “
Ibu                    : ” Dari mana saja kamu… Jam segini baru pulang “
Cindy                  : ” Maaf bu… Tadi waktu di hutan saya bertemu dengan pangeran Taro dan saya berbincang-bincang sebentar dengannya… Kas.. “
Ibu                       : Siapa Taro itu ?
Ibu                     : (tiba-tiba ibu memotong) “Apa… Pangeran” (terkejut)
Mendenagr Ibu menyebut kata-kata pengeran… Tia dan Ara pun segera menghampiri ibu…
Tia dan Ara     : “ Pangeran… Pangeran mana bu pangeran… Kan dia sudah…”
Ibu                   : ” Kamu itu jangan asal bicara saja” (sambil menginjak kaki Tia)
“Cindy,kalau memang benar apa byang kamu ucapkan itu,tunjukkan pada kami dimana istana pangeran sekarang”
Cindy               : ” Tapi bu,Pangeran…”
Tia                      : ” Ah,sudah jangan banyak alasan. Tunjukkan pada kami istana pangeran yang ada di   hutan itu”
Cindy               : “ Pangeran sudah… “
Ara                   : ” Ayo Cindy,tunjukkan pada kami”
Akhirnya dengan paksaan Ibu dan kedua kakanya,Cindy pergi menuju hutan tempat ia bertemu pangeran. Sesampainya di hutan…
Ara                  : ”Mana pangeran , mana cindy ?
Cindy               : Sebentar lagi kak
Tia                      : Lihat di hutan begini masih saja ada yang tinggal gubuknya reok kotor ,jelek                lagi?
Ibu                   : “Iya…, apa betah orang yang menempati gubuk reot itu  ?
Cindi                : ”Ibu , kakak ,itulah tempat tinggal orang yang kalian cari “
Ibu                   : “Apa? “Maksud kamu “? (dengan wajah bingung )
Pangeran         : (muncul dari gubuk )
Tia,Ara dan ibu: “Ih…siapa itu ??
Cindy               : “Kalian tidak mengenalnya ? dia pangeran
Tia,Aradan ibu: Apa…?(dengan terkejut )
Pangeran          : “Kalian buta tidak ingat dengan ku , karena kadaanku sudah berubah menjadi miskin Seperti ini .”
Tia ,Arad an ibu: (saat itu juga mereka menjadi kehilangan kesadaran)
Cindy               : “Ibu , kakak ,banguun ; ibu kaka ayo bangun …
Pangeran          : “ Sudah cindy biarkan mereka seperti itu . mereka hanya menyukai harta      kekayaanku  saja”, cindy aku menyayangi mu . Apa kamu masih mau menerima keadaanku  seperti ini?
Cindy                 : “Aku menyayangi pangeran apa adanya  maksudku taro” (dengan wajah gugup)
Pangeran         : “ Apakah kamu mau menjadi pendamping hidup ku di saat aku seperti ini ?”
Cindy               : (cindy membalas dengan senyuman )
Pangeran         : (memegang tangan cindy ) jawablah cindy ?
Cindy               : “ Aku tidak bisa pangeran…
Pangeran         : (wajah syok)
Cindy                 : (melajutkan pembicaraanya ) “ aku tidak bisa jika aku tidak menjalani hidupku  denganMu”
Pangeran dan cindy : (saling bertatap muka dan terbawah suasana hingga akan berpelukan
Namun tiba – tiba bu peri mucul…

Buperi               : “ Hayooooo… ini dilihat sama anak-anak sekolah loh, jadi tidak boleh berpelukan Di muka umum ( berbicar kepada cindy dan pangeran )
            Pangeran dengan cindy pun merajut cinta yang di pupuk dengan butiran – butiran ketulusan dan hubungan mereka tampak harmonis… Namun tidak tahu terjaga pada tahun-tahun berikutnya… Tunggu saja undangan pernikahan Cindi dengan Pangeran,atau bahkan undangan tersebut itu berisikan pernukahan Cindi dengan Pewe.

    

0 komentar:

Posting Komentar

 

WIDYA_CASTRENA Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez